Laman

Jumat, 17 Mei 2013

Mengapa Banyak Wanita Menjadi Penghuni Neraka?

Sebuah kisah terceritakan bahwa Rasululullah SAW pulang dari Isra’
Mi’raj. Suatu hari, Rasulullah berkumpul dengan para sahabat. Lalu,
Rasululullah berujar, “Saya telah melihat surga dan neraka, Wahai
Sahabat. Keindahan surga sama sekali belum belum pernah terlintas
dalam pikiran manusia. Dan hebatnya neraka pun tak pernah
terbayangkan pedihnya. Namun, sungguh saya diherankan oleh sebuah
pemandangan.”
Mendengar cerita Rasulullah, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
pemandangan apakah yang engkau lihat?”
“Ternyata, kebanyakan penghuni neraka itu para wanita” jawab
Rasulullah. Para sahabat pun terdiam lalu berpikir tentang cerita
nabinya. Mengapa justru kebanyakan wanita menjadi penghuni neraka?
Bukankah surga itu di bawah telapak kakinya?

Konon wanita tercipta dari tulang rusuk laki-laki. Tulang rusuk itu
berbentuk pipih dan melengkung. Jika dipaksakan, tulang rusuk itu
mudah patah. Oleh karena itu, tulang rusuk perlu dilindungi agar tidak
terkena benda-benda tajam. Mengapa demikian? Karena tulang rusuk itu
melindungi organ tubuh yang teramat vital: jantung, hati, dan paru-paru.
Apa jadinya jika organ tubuh itu tidak dilindungi? Tentu itu dapat
berakibat fatal.
Ciri-ciri tulang rusuk itu sering digunakan sebagai analogi untuk
menggambarkan sifat wanita. Konon perasaan wanita itu tajam sekali. Ia
mudah tersinggung dan patah hati. Jika sudah tersinggung dan patah
hati, wanita itu sulit disembuhkan. Bahkan, banyak wanita memilih
hidup sendiri karena merasa dirinya pernah disakiti pasangannya.
Sesungguhnya, setiap wanita menyimpan tiga potensi negatif. Mudah-
mudahan Anda - para wanita - tidak memiliki satu pun dari ketiganya.

Gemar Menggosip

Gosip atau ngrasani adalah kebiasaan buruk. Menggosip berarti suka
membicarakan aib orang lain. Orang yang gemar menggosip berarti
melebih-lebihkan berita yang belum tentu benar. Orang yang gemar
menggosip berarti bahwa dirinya merasa lebih baik daripada orang yang
dibicarakan. Anggapan demikian sudah termasuk ke ranah sombong
atau takabur.
Dalam suatu riwayat yang pernah dimuat Republika, dosa orang yang
menggosip sulit diampuni Allah SWT. Mengapa? Jika dosa itu dikaitkan
dengan Allah, manusia cukup melakukan tiga hal: istighfar, bertaubat,
dan berjanji tidak mengulangi dosa lagi. Namun, gosip tidaklah
demikikian. Karena gosip dilakukan kepada sesama manusia, pelaku
harus meminta maaf kepada orang yang digosipkan dan ia pun diberinya
maaf. Tanpa pemberian maaf, penggosip tetap menanggung dosanya.
Bagaimana jadinya jika orang yang digosipkan itu sudah meninggal dan
kita belum meminta maaf dan kesalahan kita belum dimaafkan?

Gemar Mengumbar Syahwat

Wanita itu makhluk yang teramat indah. Dalam segala sisi, wanita itu
memiliki daya magnet yang teramat kuat. Kita dapat menelisik lukisan.
Hampir semua kepunyaan wanita dapat menjadi objek indah bagi
pelukis untuk menciptakan karya terbaiknya. Bahkan, aktivitas wanita
pun tak luput untuk diamati sehingga diperoleh sebuah keindahan.
Banyak penyair dan sastrawan menggunakan aktivitas wanita sebagai
sumber inspirasi untuk berkarya.
Sayangnya, banyak wanita tidak memelihara keindahan itu. Banyak
wanita menjual keindahannya dengan harga yang relatif murah. Bahkan,
keindahan yang dimilikinya itu kadang digratiskan. Dengan dalih
kebebasan berekspresi atau tuntutan profesi, banyak wanita mengikuti
irama zaman. Maka, begitu mudahnya kita menjumpai para wanita yang
mengumbar syahwat. Kadang justru wanita sering menyalahkan lelaki
yang iseng menggodanya. Maka, saya pun berandai-andai menemukan
wanita yang masih berkesadaran tinggi untuk menjaga keindahannya
hingga akhir hayatnya.

Tidak Pandai Bersyukur

Rezeki itu sudah diatur Allah SWT. Manusia diperintahkan untuk
menjemputnya. Karena kemampuan manusia untuk menjemput rezeki itu
berbeda-beda, hasil yang didapatkannya pun berbeda-beda. Kadang
manusia mendapatkan banyak rezeki, tetapi sering manusia berpulang
dengan tangan hampa. Karena mencari nafkah adalah tugas lelaki,
mestinya kondisi itu disadari dengan baik oleh wanitanya. Diberi banyak
ya bersyukur dan diberi sedikit pun bersyukur. Mestinya para istri itu
mudah berucap terima kasih kepada suaminya, berapa pun sang suami
memberikan nafkah.
Namun, sungguh berita pernah tersiarkan dan teramat menyedihkan.
Banyak keluarga berantakan karena ekonomi menjadi penyebabnya.
Karena sang suami dianggap tidak becus mencari nafkah, sang istri pun
mengajukan cerai. Bagi suami, satu kata itu adalah najis yang mesti
terhindarkan dari mulut. Namun, berita berkata lain. Maka, mungkin
pepatah ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang
mengandung kebenaran. Saya merasa kasihan sekali kepada abang
tersebut.
Pernikahan bukanlah menyatukan dua perbedaan karena air dan minyak
tak mungkin bercampur. Pernikahan hanyalah berfungsi sebagai media
untuk memertemukan dua perbedaan. Kelanggengan pernikahan teramat
dipengaruhi kesadaran dari masing-masing pihak. Sebaiknya setiap
pasangan itu mengutamakan tertunaikannya kewajiban daripada
tuntutan atas hak. Kewajiban itu harus dilunasi tetapi hak boleh tidak
diminta. Pilih mana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar